Mengapa Kita Harus Marah kepada Penista al-Quran?
Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.
Seorang Profesor dari sebuah Universitas Islam ketika ditanya tentang penistaan al-Quran dalam sebuah acara telvisi, dengan enteng dia menjawab, “Penghinaan al-Quran itu sudah ada sejak dulu, sejak 14 abad yang silam. Namun, semua penghinaan itu sama sekali tidak menurunkan ketinggian dan kemuliaan al-Quran. Al-Quran tetap tinggi dan mulia.”
Dengan ucapannya itu, dia seolah tidak mempersoalkan penghinaan terhadap al-Quran. Tak perlu marah dan melakukan pembelaan karena semua itu tidak mengurangi kemuliaan al-Quran.
Menjawab pernyataan tersebut, cukuplah kita kembali kepada al-Quran. Benarkah kita boleh membiarkan al-Quran dihina dan dinista lantaran itu semua tidak mengurangi kemuliaan dan ketinggian al-Quran.
Ternyata al-Quran tidak memberikan tuntutan seperti pernyataan profesor tersebut. Dalam al-Quran dijelaskan bahwa Allah Swt murka kepada orang yang lancang menghina dan merendahkan al-Quran, Kitab yang diturunkan-Nya. Sebagai buktinya, Allah Swt mengganjar pelakunya dengan dosa besar dan menetapkan pelakunya menjadi orang kafir, jika sebelumnya dia termasuk orang Mukmin. Allah Swt berfirman:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ – لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ
Jika kamu bertanya kepada mereka, niscaya mereka akan menjawab, “Sungguh, kami hanya bersenda-gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah, “Mengapa kepada Allah, ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kalian selalu menistakan? Kalian tidak perlu meminta maaf karena kalian telah kafir setelah beriman (TQS at-Taubah [9]: 65-66).
Ayat ini jelas menyebutkan bahwa orang yang menjadikan al-Quran sebagai bahan olok-olokan dan permainan membuat pelakunya menjadi kafir: Qad kafartum ba’da îmânikum.
Berdasarkan ayat ini, Imam Abu Bakar al-Jashash berkata: “Di dalamnya terdapat petunjuk bahwa orang yang bercanda dan serius sama saja dalam menampakkan perkataan kufur –yang dilakukan tanpa paksaan–. Sebab, orang-orang munafik mengatakan bahwa mereka hanya bermain-main saja. Kemudian Allah Swt mengabarkan tentang kekufuran mereka karena bermain-main.” (al-Jashshash, Ahkâm al-Quran, IV/384).
Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyyah juga berkata:
وهذا نص في أن الاستهزاء بالله وبآياته وبرسوله كفر فالسب المقصود بطريق الأولى وقد دلت هذه الآية على أن كل من تنقص رسول الله صلى الله عليه وسلم جادا أو هازلا فقد كفر.
Ayat ini merupakan dalil yang tegas bahwa mengolok-olok Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya adalah perbuatan kekafiran. Sehingga mencaci maki lebih layak untuk menjadi perbuatan kekafiran. Ayat ini telah menunjukkan bahwa setiap orang yang melecehkan Rasulullah saw, baik serius maupun bercanda, sungguh dia telah kafir (Ibnu Taimiyah, al-Sharim al-Maslûl ‘alâ Syâtim al-Rasûl, I/31).
Al-Allamah Ibnu Qudamah berkata:
وَمَنْ سَبَّ اللَّهَ تَعَالَى، كَفَرَ، سَوَاءٌ كَانَ مَازِحًا أَوْ جَادًّا. وَكَذَلِكَ مَنْ اسْتَهْزَأَ بِاَللَّهِ تَعَالَى، أَوْ بِآيَاتِهِ أَوْ بِرُسُلِهِ، أَوْ كُتُبِهِ،
Siapa saja mencaci Allah SWT telah kafir, sama saja dia lakukan dengan bercanda atau serius. Begitu juga orang yang mengejek Allah, ayat-ayat-Nya, para rasul-Nya, atau kitab-kitab-Nya (Ibnu Qudamah, al-Mughni, 12/298-299).
Telah maklum, dalam orang yang Murtad dari Islam dan mati dalam kafir, maka seluruh amalnya terhapus di dunia dan akhirat, dan menjadi penghuni neraka Jahanam selama-lamanya (lihat QS al-Baqarah [2]: 217).
Tak hanya di akhirat, di dunia pelakunya pun wajib dijatuhi dengan hukuman mati.
Realitas ini jelas menunjukkan bahwa Allah murka kepada penista al-Quran dan menghukum mereka dengan hukuman yang amat keras.
Bagi yang sebelumnya sudah kafir, Allah Swt juga murka kepada mereka. Sebagai buktinya, Allah Swt memerintahkan umat Islam untuk menghukum mereka dengan hukuman yang amat keras, yakni hukuman mati. Allah Swt berfirman:
وَإِنْ نَكَثُوا أَيْمَانَهُمْ مِنْ بَعْدِ عَهْدِهِمْ وَطَعَنُوا فِي دِينِكُمْ فَقَاتِلُوا أَئِمَّةَ الْكُفْرِ
Jika mereka merusak sumpah (perjanjian damai)-nya sesudah mereka berjanji dan mereka mencerca agama kalian, perangilah para pemimpin kaum kafir itu (TQS at-Taubah [9]: 12).
Menjelaskan ayat ini, al-Hafidz Ibnu Katsir berkata:
وَمِنْ هَاهُنَا أُخِذَ قَتْلُ مَنْ سَبَّ الرَّسُولَ، صَلَوَاتُ اللَّهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ، أَوْ مَنْ طَعَنَ فِي دِينِ الْإِسْلَامِ أَوْ ذَكَرَهُ بِتَنَقُّصٍ
Dan dari sinilah diambil (hukum) hukuman mati bagi siapa saja yang mencela Rasul saw, atau siapapun yang mencela agama Islam atau menyebutnya dengan nada meremehkan (Tafsir Ibnu Katsir, 4/116).
Imam al-Qurthubi juga berkata:
استدل بعض العلماء بهذه الآية على وجوب قتل كل من طعن في الدين
Sebagian ulama berdalil dengan ayat ini atas kewajiban untuk memerangi setiap orang yang mencerca agama Islam karena ia telah kafir (al-Qurthubi, al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân, 8/84).
Jelaslah. Kita juga harus marah kepada penghina al-Quran. Lebih dari itu, kita harus menghukum mereka sebagaiman diperintahkan Allah Swt.
Inilah sikap seorang Muslim dalam menghadapi penghina dan penista al-Quran.
Sungguh aneh jika ada orang yang mengaku beriman kepada al-Quran namun tidak merasa marah ketika al-Quran dinista dan dihina. Ingatlah firman Allah Swt”
وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّـهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّىٰ يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ ۚ إِنَّكُمْ إِذًا مِّثْلُهُمْ ۗ إِنَّ اللَّـهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا
Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam al-Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam. (QS. al-Nisa` [4]: 140).
Perhatikanlah, setelah Allah Swt melarang orang Mukmin duduk dalam majelis orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah Swt dan mengolok-oloknya, dan menyebutkan jika tidak mematuhi larangan tersebut dinyatakan sebagai ‘mitslahum’ (serupa dengan mereka), kemudian Allah Swt memberitahukan bahwa Allah Swt memberitahukan bahwa Dia akan mengumpulkan orang-orang kafir dan orang-orang munafik menjadi satu dalam nerka Jahannam.
Jika demikian, masihkah kita tidak perlu marah ketika al-Quran dihina dan dinista? Wal-Lâh a’lam bi al-shawâb.[]
0 Response to "Mengapa Kita Harus Marah kepada Penista al-Quran?"
Post a Comment