Cahaya itu munculnya di ufuk Timur.
Umat Islam saat ini berada dalam kegelapan, bagaikan pekatnya malam gulita. Kegelapan disini bukanlah dalam makna tidak ada cahaya, namun kegelapan disini dalam makna tidak bisa melihat lagi kedepan atau kesamping untuk mencari jalan keluar dari problematika yang semakin melilit umat Islam.
Umat Islam terperangkap dalam penjara besar bernama Nasionalisme yang memecah-belah mereka hingga lemah dan tidak punya kekuatan apapun untuk sekedar berkata tidak pada kafir imperialis.
Umat Islam sengsara dalam himpitan buruknya ekonomi akibat telah terjatuh ke lembah nista ekonomi kapitalisme yang bengis dan hanya menguntungkan segelintir orang saja dan memperbudak sisanya.
Umat Islam kebingungan akibat tidak begitu kenal lagi agamanya yang membuat bergesernya akidah mereka karena masuknya racun Sekulerisme ke dada mereka. Racun yang membuat sandaran berfikir mereka bukan lagi halal haram, tapi untung rugi. Bahkan untuk hanya shalat yang cuma beberapa menit saja mereka berat laksanakannya karena disana mereka tidak dapati keuntungan apapun bagi dirinya.
Umat Islam makin sesat jalannya menjauh dari sirathal mustaqim, karena aturan kehidupan yang diterapkan padanya bukanlah aturan kehidupan Islam, melainkan aturan kehidupan buatan manusia sebagai akibat dari penerimaan mereka pada Demokrasi yang memberikan wewenang bagi manusia membuat aturan kehidupannya sendiri. Sehingga dengan sendirinya, tersingkirkanlah Allah SWT sebagai pembuat aturan kehidupan.
Itulah kondisi kini dari umat Islam, umatnya Muhammad saw, umat yang semestinya khairu ummah-umat terbaik. Mereka digilas peradaban lain sampai-sampai nyaris tdk terlihat lagi kemuliaan mereka.
Umat Islam kini adalah pesakitan di bumi. Segala tuduhan buruk ditujukan kepada mereka. Diri mereka begitu dianggap rendah sehingga sudah sangat lumrah terjadi pelecehan pada umat Islam, penganiayaan, penistaan, bahkan pembunuhan.
Tiada hari kini berlalu tanpa ada nyawa kaum muslim yang melayang di tangan kafir penjajah dan antek-anteknya. Sesuatu yang jika waktu diundur kembali, ternyata mulai terjadinya belum ada 1 abad yang lalu. Tepatnya itu di tahun 1924, saat runtuhnya perisai umat yang membentengi umat dari perpecahan, dari kesengsaraan, dari rusaknya akidah mereka, dari ketakutan akibat kedzaliman yang menimpa mereka. Perisai itu adalah Daulah Khilafah.
Daulah Khilafah itu adalah pemerintahan umum umat Islam. Hingga di masa keberadaannya, seluruh umat Islam berada dibawah naungannya. Negara super power yang melegenda dan mendapat pernyataan-pernyataan kekaguman bahkan dari para penulis Barat yang hidup di masanya.
Daulah Khilafah itu bermula setelah wafatnya Rasulullah, meneruskan Daulah Islamiyah yang didirikan Rasulullah di medinah, 14 abad yang lalu. !3 abad lebih, sampai tahun 1924 M, umat Islam secara umum berada dalam kondisi bersatu, sejahtera, akidahnya terjaga, dan jauh dari rasa takut. Semua itu karena mereka berada dibawah naungan perisai perkasa, Daulah Khilafah.
Daulah Khilafah ini kini telah tiada, belum sampai 1 abad lamanya. Namun kondisi umat saat ini dibanding saat berada di bawah naungan Khilafah bertolak belakang 180 derjat. Kemuliaan dan kejayaan umat dulu berubah jadi kehinaan dan keterpurukan saat ini.
Bersyukurlah ada putra muslim, seorang pemikir, seorang yang besar di masa awal kehancuran umat Islam, Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani melihat kondisi ini dengan secara menyeluruh. Beliau tidak meratapinya, beliau tidak cuma berdoa dan berdzikir untuk mengobah kondisi ini, namun beliau seksamai, analisa, pelajari, termasuk mempelajari semua gerakan-gerakan perlawanan Islam kepada hegemoni Barat di masanya, akhirnya mengambil kesimpulan bahwa satu-satunya jalan keluar agar umat terbebas dari cengkeraman kafir penjajah adalah dengan mengembalikan perisai umat itu, Daulah Khilafah.
Untuk mewujudkan itulah kemudian beliau membentuk jama'ah-hizb, yang beliau namai Hizbut Tahrir - Kelompok Pembebas. Kelompok ini kemudian menjadi kelompok yang menyeru kepada kaum muslim di muka bumi ini, satu seruan yang sama, kembali pada Islam dengan penerapan Syariat Islam menyeluruh dibawah bentuk negara Daulah Khilafah agar seluruh problematika umat Islam bisa diatasi.
Walau yang diseru adalah umat Islam dan yang ditawarkan adalah Islam, ternyata tidak mudah. Penyebabnya, umat Islam pasca runtuhnya Daulah Khilafah telah dicecoki racun demi racun oleh kafir penjajah agar melupakan persatuan umat, melupakan Khilafah, dan bahkan berubah jadi membencinya, menolaknya. Racun itu bernama Nasionalisme yang dipupuk sebaik-baiknya lewat jenjang pendidikan mulai dari dini di TK sampai PT.
Akibatnya, umat Islam yang dulunya bersaudara, kini memandang satu dengan lainnya sebagai orang asing gara-gara beda kebangsaan. Nasionalisme ini telah sukses mencabik-cabik ukhuwah Islamiyah, telah sukses merobek-robek ummatan wahidah.
Namun Hizbut Tahrir yang kemudian menyebar di hampir seluruh negeri muslim, tidak putus asa, karena mereka adalah kelompok yang sudah sadar karena sudah sembuh dari racun-racun Kafir penjajah. Seruan mereka terus terus menggema walau tantangannya sangat berat dan bahkan mengancam jiwa.
Kafir penjajah serta antek-anteknya, pendukung Sekulerisme-Demokrasi-Kapitalisme berupaya mati-matian memadamkan setiap geliat seruan ini. Namun tentu saja penentu adalah Allah SWT jua. Setengah abad lebih upaya mereka memadamkan seruan ini, namun lihatlah, sampai saat ini, bukannya sirna, seruan ini malah semakin mendunia.
Harapan kebangkitan umat Islam itupun kini semakin kuat aromanya. Kegelapan mulai perlahan kehilangan eksistensinya karena cahaya sudah mulai muncul. Ibarat munculnya matahari, benar, mataharinya belum terlihat. Namun semburat warna jingga di ufuk sudah terlihat kini.
Secara fakta, penerimaan paling kuat pada seruan yang diserukan Hizbut Tahrir adalah di Indonesia. Gegap gemp[ita syariah dan Khilafah di negeri ini sudah sesuatu yang tidak terbantahkan. Ditambah lagi aroma persatuan umat Islam pun kian hari kian mengental. Apalagi setelah umat Islam secara de facto telah menerima bendera Tauhid yang hakikatnya adalah bendera persatuan.
Jika kegelapan malam itu mulai berakhir dengan munculnya sinar matahari dari ufuk Timur, insyaAllah, kegelapan kondisi seluruh umat Islam di muka bumi ini akan juga berakhir dengan munculnya sinar kebangkitan Islam dari negeri muslim paling Timur, Indonesia. Amin.
0 Response to "Cahaya itu munculnya di ufuk Timur."
Post a Comment